Selasa, 12 Februari 2013

URIP TANSAH WENGI


URIP TANSAH WENGI

BimBimWS

Dikala malam, aku mencari
Dalam gelap, setapak realita hidup kulalui
Rintih tangis mendungnya awan menjadi teman
Jejaku membekas, awalnya
Kini sirna, tertetes air matanya
Berteduh di bawah rangkulan rindang dedaunan
Dan hanya ada kau, batu
Menjadi kawan bersanding, di kala yang lain menangis


Ia, sang pohon tetap setia meneduhkanku
Tangis yang akhirnya reda, ia pergi tanpa kata
Tak ku sangka yang lain datang, kabut pekat!
Senantiasa menyelimuti raga, mata pun samar memandang
Kau yang putih, "Kapan engkau pergi?"
Tetap saja ia tak beranjak
Ku tanya kau, hanya daunmu yang gugur terjatuh
Aku bertanya padamu, tetap saja membatu
Lama sudah raga ini terjebak di sini
Tak sanggup lagi meraskan, apa jiwa ini masih melekat?
Yang ada, membuatku lupa
Hanya bisa terduduk manis, meratapi
Untuk apa, Mengapa dan kemana aku melangkah
Seakan semua hilang, belantara ini menelannya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar